Asal usul sel
Asal usul sel sama dengan
asal usul kehidupan, dan
merupakan langkah yang sangat
penting dalam teori evolusi.
Kehadiran sel merupakan langkah
dari senyawa organik menuju
kehidupan biologis.
Asal-usul sel prokariot
Makhluk hidup pertama
merupakan hasil dari evolusi
molekul anorganik. Agregat
molekul yang dihasilkan secara
abiotik adalah protobion.
Protobion terdiri dari beberapa
tipe, yaitu koaservat, mikrosfir,
dan liposom. Protobion dianggap
sebagai bahan dasar pembentuk
sel purba atau disebut progenot.
Progenot merupakan cikal bakal
semua jenis sel yang ada
sekarang. Progenot berkembang
menjadi kelompok sel prokariot
purba seberti Archaebacteria.
Archaebacteria merupakan bakteri
yang beradaptasi terhadap suhu
sekitar 100°C, atau kadar garam
yang tinggi, atau kadar asam
yang tinggi. Archaebacteria
bersifat anaerob, memiliki
dinding sel yang tersusun dari
berbagai jenis protein,
mempunyai pigmen fotosintetik
berupa bakteriorodopsin, dan
mampu menghasilkan ATP sendiri.
Kelompok sel yang lain, yaitu
Eubacteria, merupakan bakteri
yang hidup pada kondisi
lingkungan yang tidak sedrartis
kondisi tempat hidup
Archaebacteria. Eubacteria ada
yang bersifat aerob dan anaerob,
mempunyai dinding sel yang
tersusun dari peptidoglikan,
mempunyai pigmen fotosintetik
berupa bakterioklorofil, dan
mampu menghasilkan ATP secara
lebih efisien karena sistem
transpor elektronnya lebih
berkembang.
Sel prokariotik merupakan sel
yang memiliki struktur yang
lebih sederhana dibandingkan
dengan sel eukariotik. Oleh
karena itu para ahli menduga
bahwa makhlk hidup yang pertama
kali muncul merupakan prokariot.
Asal-usul sel eukariot
Sampai dengan sekitar tahun
1970, diyakini bahwa sel
eukariotik berevolusi daari sel
prokariotik melalui suatu proses
evolusi perlahan-lahan, yaitu
organel pada sel prokariotik
perlahanlahan berkembang menjadi
lebih kompleks. Konsep ini
berubah setelah penemuan Lynn
Margulis dari Universitas
Boston. Margulis membuktikan
teori yang sebelumnya diabaikan,
yaitu organel-organel tertentu
pada sel eukariotik, terutama
mitokondria dan kloroplas
berasal dari sel prokariotik
yang berukuran kecil. Sel
prokariotik tersebut menempati
sitoplasma sel inang yang
berukuran besar sehinga
terbentuk sel eukariotik.
Hipotesis ini disebut sebagai
teori endosimbiotik. Teori
endosimbiotik bermakna bahwa sel
tunggal yang kompleks berevolusi
dari dua atau lebih sel yang
lebih sederhana, yang hidup
simbiotik dengan sel inangna.
Nenek moyang sel eukariotik
yang pertama diduga merupakan
bakteri heterotrofik anaerob.
Disebut sebagai bakteri anaerob
karena enegi bakteri ini berasal
dari perombakan makanan tanpa
menggunakan oksigen. Disebut
sebagai bakteri heterotrof
karena bakteri ini tdak dapat
mensintesis makanannya (seperti
CO2
dan air), memerlukan senyawa
kompleks dari lingkungannya.
Sesuai dengan teori
endosimbiotik, ada organisme
prokariot yang relatif besar,
bersifat anaerob dan heterotrof,
yang menelan organisme prokariot
yang berukuran lebih kecil dan
bersifat aerob. Prokariot yang
berukuran kecil itu diduga
merupakan bakteri fotosintetik
ungu. Namun karena tidak dapat
dicerna oleh sitoplasma
prokariotik yang lebih besar,
sel prokariot yang lebih kecil
tersebut tinggal menetap dan
membentuk endosimbion di dalam
tubuh sel inangna. Saat sel
inang bereproduksi, endosimbion
juga bereproduksi. Setelah
beberapa generasi, endosimbion
kehilangan sifat-sifat yang
tidak dibutuhkannya lagi dan
berevolusi menjadi organel
mitokondria yang kita kenal
sekarang ini.
Diduga juga bawa bergabungnya
endosimbion lain, terutama
Cyanobacteria, menyebabkan
organisme eukariot heterotrof
yang ada pada masa awal berubah
menjadi organisme heterotrof
fotosintetik sekarang, yaitu
alga dan tumbuhan hijau.
Penggabungan kloroplas merupakan
tahap terakir dalam proses
endosimbiotik karena semua
mikroorganisme eukariot
mempunyai mitokondria, namun
hanya alga dan tanaman yang
mempunyai kloroplas. |